Selasa, 25 November 2014

pengembangan kreativitas anak



BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan diri individu, terutama bagi pembangunan Bangsa dan Negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada cara bangsa tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan suinber daya manusia yang berkaitan dengan kualitas pendidikannya.
Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Setiap anak mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda sehingga memerlukan pendidikan yang berbeda pula. Dulu orang menentukan bakat seseorang  ditentukan dari tingkat kecerdasan (IQ) yang dimiliki, tetapi sekarang bakat tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan saja tapi juga ditentukan oleh kreativitas dan motivasi untuk berprestasi. Kesadaran akan kreativitas pada saat ini sangatlah tinggi. Oleh karena itu sangat diperlukan pengembangan krestivitas sejak usia dini.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
  1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kreativitas
  2. Mengetahui bagaimana pengembangan kreativitas pada anak usia dini
  3. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam mengembangkan kreativitas
  4. Mengetahui hubungan kreativitas dengan intelegensi
  5. Mengetahui bagaimana sikap orang tua dan guru mengenai kreativitas

1.3. Batasan Pembahasan
  1. Pengertian kreativitas
  2. Pengembangan kreativitas
  3. Kendala yang dihadapi
  4. Hubungan kreativitas dengan kecerdasan
  5. Sikap orang tua dan guru mengenai kreativitas

BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Kreativitas
Kreativitas tidak bisa didefinisikan secara spesifik. kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Definisi kreativitas menurut para ahli adalah
  1. Hulbeck (1945)
Kreativitas adalah keunikan yang muncul di dalam kepribadian seseorang ketika berinteraksi dengan lingkunganya.
  1. Sternberg (1988)
Kreativitas adalah titik pertemuan yang khas dari tiga atribut psikologi yaitu intelegensi, sifat kognitif, kepribadian.
  1. Torrance (1988)
Kreativitas pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah.
  1. Barron (1969)
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan atau menciptakan sesutau yang baru.
  1. Haefele (1962)
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna social.
  1. Menurut Guilford
 kreativitas adalah suatu proses berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan.

menurut  Lowenfeld yang dikutip Barret(1984) kreativitas adalah seperangkat  kemampuan seseorang memiliki :
1)      kepekaan mengamti masalah melalui berbagai indra
2)      kelancaran mengeluarkan alternatif dalam pemecahan masalah
3)      keluwesan melihat atau memandang suatu masalah serta kemunkinan jawaban dan pemecahannya
4)      kemampuan merespon atau membuahkan gagasan dalam pemecahan masalah originalitas yang biasa atau yang umum ditemukan
5)      kemampuan yang berkaitan dengan keunikan cara atau mengungkapkan gagasan dalam menciptakan karya seni
6)      kemampuan mengabstraksi hal-hal yang bersifat umum dan mengaitkan menjadi hal-hal yang spesifik
7)      kemampuan memadukan atau mengkombinasikan unsur-unsur seni menjadi karya seni yang utuh
8)      kemapuan menatab secara terpadu dari keseluruhan unsur-unsur seni kedalam tatanan yang selaras.
Sedangkan pengertian kreativitas secara umun adalah bagian dari kegiatan berproduksi atau berkarya. Jadi kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan suatu komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya.

2.2 Pengembangan Kreativitas

Makna dari pengembangan kreativitas berkaitan dengan kualitas perwujudan diri, peningkatan kemampuan berfikir kreatif. Adapun teori-teori mengenai pengembangan kreativitas diantaranya :
  1. Teori Psikoanalisis
Menganggap bahwa proses ketidaksadaran melandasi kreativitas. Kreativitas merupakan manifestasi dari  kondisi psikopatologis.
  1. Teori Assosiasionistik
Memandang kreativitas sebagai hasil dari proses asosiasi dan kombinasi antara elemen-elemen yang telah ada, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.


  1. Teori Gestalt
Memandang kreativitas sebagai manifestasi dari proses tilikan individu terhadap lingkungannya secara holistik.
  1. Teori Eksistensial
Mengemukakan bahwa kreativitas merupakan proses untuk melahirkan sesuatu yang baru melalui perjumpaan antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan alam. Menurut May (1980), dengan teori eksistensial ini, setiap perilaku kreatif selalu didahului oleh ‘perjumpaan’ yang intens dan penuh kesadaran antara manusia dengan dunia sekitarnya.
  1. Teori Interpersonal
Menafsirkan kreativitas dalam konteks lingkungan sosial. Dengan menempatkan pencipta (kreator) sebagai inovator dan orang di sekeliling sebagai pihak yang mengakui hasil kreativitas. Teori ini menekankan pentingnya nilai dan makna dari suatu karya kreatif. Karena nilai mengimplikasikan adanya pengakuan sosial.
  1. Teori Trait
Memberikan tempat khusus kepada usaha untuk mengidentifikasi ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik utama kreativitas.
Wallas (1926) menjelaskan bahwa ada empat tahapan dalam proses kreatif, yaitu :
  1. Persiapan
Merumuskan suatu masalah dan membuat cara untuk memecahkannya
  1. Inkubasi
Masa ketika tidak adanya perhatian atau usaha yang dilakukan secara lansung untuk memecahkan suatu masalah
  1. Iluminasi
Memperoleh pemahaman yang lebih mengenai masalah tersebut
  1. Verifikasi
Menguji pemahaman yang telah dibuat dan membuat solusi




Alasan kenapa kreativitas harus dikembangkan sejak dini dalam diri anak adalah karena :
  1. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dimana kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya
  2. Kreativitas atau berfikir kreatif  merupakan kemampuan untuk melihat berbagai macam penyelesaian terhadap suatu nasalah
  3. Kreativitas dapat memberi kepuasan diri kepada individu yang melakukannya
  4. Dengan kreativitas manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Hayes (1978) menyatakan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan beberapa cara diantaranya:
a.       Mengembangkan pengetahuan dasar
b.      Menciptakan atmosfer yang tepat untuk kreativitas
c.       Mencari analogi

2.3 Kendala Dalam Pengembangan Kreativitas

Kreativitas siswa masih merupakan potensi yang masih harus dikembangkan baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan informal (Munandar, 1995). Dalam pelaksanaanya disekolah-sekolah masih banyak ditemui hambatan dan kelemahan yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan kreativitas anak, misalnya kurangnya pengetahuan guru mengenai kreativitas, sistem evaluasi yang terlalu menekankan pada jawaban benar dan tidak benar tanpa memperhatikan prosesnya, dan anak sangat jarang mendapatkan kesempatan untuk berlatih membuat soal-soal atau menyelesaikan permasalahan.Ada banyak tantangan yang dihadapi anak dalam proses berpikir kreatif, di antaranya adalah:
  1. Pengertian kreativitas itu sendiri dan tes-tes yang biasa digunakan.
  2. Ragu-ragu dan tidak ada keberanian dalam menyampaikan ide karena dihantui perasaan takut salah, hawatir idenya akan dilecehkan orang lain, dan takut dikucilkan dari lingkungan
  3. Sangat terikat pada mekanisme berpikir yang sudah terpola secara baku, sehingga memandang tidak perlu direpotkan dengan mencari-cari sesuatu yang baru dan belum tentu akan menjadi lebih baik
  4. Kondisi lingkungan yang bersifat status quo sehingga cenderung akan menolak perubahan
  5. Proses berpikir yang lamban sehingga idenya keburu ditangkap pihak lain.

Lingkungan dan budaya tradisional seringkali menjadi penghambat utama bagi lahirnya kreativitas. Misalnya: kurangnya wawasan atau pengetahuan yang terbatas, tradisi turun temurun yang mengajarkan bahwa seorang anak harus selalu patuh sehingga akan menghambat kreativitas berpikir anak, pimpinan yang bersifat otoriter yang tidak memberi kesempatan kepada anak buahnya untuk berbeda pendapat, penolakan lingkungan atas ide kreatif yang muncul akan mematikan semangat orang untuk menemukan terobosan baru, suasana hati yang sedang gundah atau panas akan ikut menutup lahirnya ide baru, demikian pula ancaman atau tekanan (pressure) dari pihak lain dapat membuyarkan gagasan-gagasan baru. Cara mengatasi kendala dalam mengembangkan kreativitas adalah
a.       Menggunakan cara-cara pemikiran yang non-verbal
b.      Mempunyai sikap mempertanyakan atau menyelidiki
c.       Kelancatan cara berfikir yang bebas dari kelakuan kita dapat mengatasi kendala konseptual dalam pemecehan masalah
d.      Menggunakan teknik-teknik kreatif

2.4 Hubungan Kreativitas Dengan Intelegensi

Secara umum kecerdasan atau intelegensi adalah kesanggupan mental untuk memahami, menganalisis secara kritis, cermat, dan teliti, serta menghasilkan ide baru secara efektif dan efisien. komponen utama dari intelegensi yaitu, kemampuan verbal, keterampilan memecahkan masalah, kemampuan belajar dan beradaptasi dengan pengalaman dalam hehidupan sehari - hari. Untuk mengukur intelegensi seseorang ialah  dengan menggunakan tes intelegensi atau sering disebut tes IQ.
Sedangkan kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuuan untuk berpikir sesuatu yang baru dan tidak biasa dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. Perlu kita ketahui ciri-ciri yang mencerminkan kepribadian kreatif, diantaranya, mempunyai daya imajinasi yang kuat, mempunyai inisiatif dan minat yang luas, bebas dalam berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapat pengalaman baru, percaya diri, penuh semangat dan berani mengambil resiko.

Hubungan intelegensi dan kreativitas ialah dimana intelegensi menyangkut pada cara berpikir konvergen (memusat) sedangkan kreativitas berkenaan dengan cara berpikir divergen ( menyebar). Penelitian Torrance (1965) mengungkapkan bahwa anak yang kreativitasnya tinggi mempunyai taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ teman sebayanya. Dalam konteks keberbakatan, ia menyatakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan sebagai kriteria tungal untuk mengidentifikasi orang-orang yang berbakat. Dengan demikian, kreativitas dan intelegensi merupakan dua domain kecakapan manusia yang berbeda. Baik intelegensi maupun kreativitas, dijadikan criteria untuk menentukan bakat seseorang. Kreativitas dan kecerdasan anak hanya bisa berkembang apabila diberi ransangan untuk berkembang dan tidak bisa berkembangan dengan sendirinya.

2.5 Sikap Orang Tua dan Guru Mengenai Kreativitas

Lingkungan membawa dampak yang begitu besar dalam kehidupan seseorang. Kreativitas yang dihasilkan selalu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang mengitarinya. Ada dua langkah yang harus dilakukan orang tua untuk mengembangkan kebiasaan dan semangat kreatif pada anak, diantaranya :
  1. memberikan kesempatan kepada anak sebanyak mungkin untuk melatih sikap kreatif yang dimiliki dengan mengintegrasikannya kedalam kegiatan sehari-hari.
  2. memberikan dukungan sebanyak mungkin pada anak dalam mengembangkan sikap kreatif seperti memberi inspirasi kreatif.

Sikap mendukung atau memberi inspirasi dari orang tua atau guru untuk mengembangkan sikap kreatif anak dapat berupa :
  1. Menjadi pendengar yang baik (menunjukkan kesabaran)
  2. Toleransi terhadap kekacauan
  3. Memberi inspirasi ketekunan
  4. Toleransi terhadap hal yang aneh atau tidak biasa
  5. Memberi kebebasan (berekspresi, ide baru, inisiatif, spontan) dalam batas-batas tanggung jawab, menghormati orang lain
Beberapa sikap orang tua yang mempengaruhi kreativitas anak menurut amabile :
  1. Kebebasan
  2. Respek
  3. Kedekatan emosional yang sedang
  4. Prestasi, bukan angka
  5. Orang tua aktif dan mandiri
  6. Menghargai kreativitas
Cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, adalah dengan mendorong motivasi intrinsic. Guru memberikan banyak materi dan dorongan kepada anak untuk mencetuskan gagasan sendiri. Ia mengatakan kepada anak untuk bekerja sama bila mungkin dan perlu, tetapi ia menekankan bahwa setiap anak mempunyai bakat dan kekuatannya seniri-sendiri. Kreativitas yang telah dibangun melalui pola pembinaan orang tua akan menghasilkan suatu kemantapan tersendiri jika mendapat perhatian khusus dari sekolah. Namun jika tidak pernah mendapat perhatian dari sekolah sebagai sumber inspirasi, maka individu-individu kreatif tidak akan ditemukan. Oleh karena itu, sekolah harus dapat mempelajari sesuatu yang dapat membentuk kreativitas anak




BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan suatu komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Makna dari pengembangan kreativitas berkaitan dengan kualitas perwujudan diri, peningkatan kemampuan berfikir kreatif. Dalam pelaksanaanya disekolah-sekolah masih banyak ditemui hambatan dan kelemahan yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan kreativitas anak. Hubungan intelegensi dan kreativitas ialah dimana intelegensi menyangkut pada cara berpikir konvergen (memusat) sedangkan kreativitas berkenaan dengan cara berpikir divergen ( menyebar). Kreativitas dan kecerdasan anak hanya bisa berkembang apabila diberi ransangan untuk berkembang dan tidak bisa berkembangan dengan sendirinya. Kreativitas yang telah dibangun melalui pola pembinaan orang tua akan menghasilkan suatu kemantapan tersendiri jika mendapat perhatian khusus dari sekolah. Namun jika tidak pernah mendapat perhatian dari sekolah sebagai sumber inspirasi, maka individu-individu kreatif tidak akan ditemukan.

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis buat, mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan penulisan baik yang disengaja maupun tidak sengaja, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.









Daftar Rujukan

Munandar, Utami.2004.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.Jakarta : Rineka Cipta
Hurlock, Elizabeth B.1978.Perkembangan Anak jilid 2.Jakarta : Erlanga
Anwar, Arsyad Ahmad.2007.Pendidikan Anak Dini Usia.Bandung : Alfabeta
Sumanto.2005.Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK.Jakarta : Depertemen Pendidikan  Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi
Jensen, Erik.2008.Brain Based Learning (Pembelajaran Berbasis Otak).Yogyakarta :   Pustaka Pelajar
Solso, Robert L, dkk.2002.Psikologi Kognitif.Jakarta : Erlangga

perkembangan bahasa anak



Bab I
Pendahuluan
A.    Latar belakang
Dalam siklus kehidupan, manusia pasti mengalami proses perkembangan. Dalam proses perkembangan terdapat perubahan-perubahan yang meliputui aspek fisik, motorik, bahasa, social emosional, kognitif dan moral. Dimana disetiap aspek tersebut mempunyai hubungan satu sama lain. Proses perkembangan manusia melalui beberapa fase yang secara kronologis dapat diperkirakan waktunya. Dalam setiap fase akan ditandai dengan ciri-ciri tingkah laku tertentu sebagai karakteristik dari fase tersebut
B.     Tujuan
Adapun tujuan dari observasi ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah psikologi perkembangan dan untuk lebih memahami mengenai materi pertumbuhan dan perkembangan
C.     Batasan Pembahasan
Adapun batasan pembahasan adalah :
1.      Pengertian anak usia dini
2.      Perkembangan bahasa anak usia dini












Bab II
Kajian Teori
A.    Pengertian anak usia dini
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Anak usia dini adalah anak yang berumur antara 0-6 tahun.
B.     Pengertian perkembangan bahasa
Menurut Judrik Jahja (2012 : 53 ) bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dimana didalamnya tercakup semua cara untuk  berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau symbol untuk mengungkapkan suatu pengertian tertentu.
Menurut John W. Santrock (2007 : 353) bahasa adalah bentuk komunikasi yang diucapkan secara lisan, tulisan atau isyarat yang berdasarkan pada suatu system dari symbol-simbol.
Menurut Judrik Jahja (2012 : 53 ) perkembangan bahasa seorang anak harus mencakup kemampuan yang berhubungan dengan :
·         Kemampuan memahami makna ucapan orang lain
·         Kemampuan dalam mengembangkan perbendaharaan kata
·         Kemampuan dalam menyusun kata-kata menjadi kalimat
·         Kemampuan anak dalam mengucapkan dengan benar beberapa huruf sulit seperti R, Z, W, dan G
Menurut John W. Santrock (2007 : 360- 362) mengatakan bahwa kemampuan anak yang mulai memasuki tahap awal kanak-kanak meningkat dalam hal penguasaan terhadap sistem aturan yang menata bahasa.
Anak usia 2 tahun perkembangan bahasa anak dimulai dengan ucapan-ucapan dua kata seperti “susu lagi” dan “mobil besar”. Penguasaan anak dalam hal memahami kata-kata sudah lumayan cepat.
Anak usia 3 tahun mengembangkan kemampuan bahasa pada hal yang secara fisik tidak ada maksudnya mereka mulai mengimajinasikan suatu kata (mulai mengarang suatu cerita berdasarkan kata-kata yang sudah ia terima), seperti kata meja anak akan mengatakan bahwa ia sekarang sedang berdiri di depan meja padahal ia tidak melakukannya.
Anak usia 4 - 5 tahun sudah mulai bisa memahami ucapan orang lain. Anak usia ini juga mulai bisa membedakan cara bicaranya terhadap lawan bicara seperti : ketika berbicara dengan anak berusia 2 tahun, anak usia 4 tahun akan menggunakan kalimat yang pendek.























C.     Laporan observasi
Mengamati anak usia taman kanak-kanak
Nama              : Kayla Oktarianti               
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Bumi Kasai Permai/ 23-10-2007
Umur              : 6 tahun
Alamat             : Kasai
Tempat observasi        : TK Pertasi Kencana II Kasai


Kemampuan yang diamati :
1.      Kemampuan memahami ucapan orang lain
Untuk mengetahui kemampuan anak dalam hal memahami ucapan orang lain, saya mengajukan beberapa pertanyaan ketika melakukan observasi kepada anak maupun kepada guru. Pertanyaan yang saya ajukan lebih bersifat kepada menanyai jati diri anak (nama, umur, kesukaan dll) sedangkan kepada guru saya menanyakan apakah dalam proses belajar anak bisa memahami pembelajaran yang disampaikan guru dengan baik !, apakah ketika guru bertanya anak bisa menjawabnya ?.




Foto ketika saya berbicara dengan Kayla
Dari pengamatan yang saya lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa Kayla sudah bisa memahami perkataan orang yang ada disekitarnya.

2.      Kemampuan dalam menyebutkan beberapa huruf sulit seperti Z, R, L, W
Dalam hal ini saya hanya meminta anak untuk mengucapkan kata Z, R, L,
Pada kemampuan ini Kayla sudah lancer dan tidak ada masalah dalam mengucapkan huruf Z, R, L.
3.      Kemampuan dalam hal berbicara dengan teman sebaya dan orang yang lebih tua
Untuk mengetahui kemampuan anak dalam hal berbicara dengan teman sebaya, saya mengamati anak ketika waktu istirat. Saya melihat cara bicara anak terhadap teman sebayanya seperti apa (nada, mimic, intonasi dll) lalu saya juga mengamati cara bicara anak ketika berbicara dengan saya (nada, mimic, intonasi dll)
Dari pengamatan yang saya lakukan kayla sudah mulai bisa membedakan cara berbicaranya dengan lawan berbicaranya walaupun kadang-kadang ketika berbicara dengan orang yang lebih besar Kayla masih suka berbicara seperti dia ketika berbicara dengan teman sebayanya.

Bab III
Penutup

  1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa Kayla sudah berkembangan dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan kemampuannya dalam memahami ucapan orang lain maupun kemampuan dalam membedakan cara berbicaranya dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua. Agar bahasa anak berkembang dengan baik maka ia harus di stimulasi sejak kecil.
B.     Saran
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kapada para pembaca yang mempelajari makalah ini. Mngkin makalah ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak di temukan banyak kesalahan di sana sini. Untuk itu saya sebagai penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya dan juga saya memohon keritik serta sarannya yang bersifat membangun.








Daftar Rujukan
Jahja, Yudrik. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Ke Sebelah Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009